A. DEFINISI HIPOTESIS
Istilah
hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu 'hypo'
dan 'thesis'. Kata ‘hypo’ berarti lemah, kurang, atau di bawah, sedangkan ‘thesis’ berarti teori, proposisi, atau
pernyataan yang disajikan sebagai bukti.
Beberapa
ahli telah mengemukan pengertian hipotesis sebagai berikut :
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Hipotesis
adalah sesuatu yg dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori,
proposisi, dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan; anggapan dasar.
2. Menurut Dani Vardiansyah (2008 : 10)
Hipotesis
atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
3. Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti
(2007:137)
Hipotesis
adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga
harus diuji secara empiris.
4. Menurut Mundilarso (tanpa tahun dan halaman)
Hipotesis
adalah pernyataan yang masih lemah tingkat kebenarannya sehingga masih harus
diuji menggunakan teknik tertentu. Hipotesis dirumuskan berdasarakan teori,
dugaan, pengalaman pribadi/orang lain, kesan umum, kesimpulan yang masih sangat
sementara.
5. Menurut Trealese (1960)
Hipotesis
adalah suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati.
6. Menurut Good dan Scates (1954)
Hipotesis
adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk
sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun
kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk
langkah-langkah selanjutnya.
7. Menurut Kerlinger (1973)
Hipotesis
adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih
variabel.
Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi hipotesis
menurut saya (Roro, 2013) adalah suatu dugaan sementara yang belum tentu
kebenarannya sehingga masih memerlukan pengujian secara empiris dengan menggunakan
teknik tertentu.
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Sebagai hasil proses teori yang belum berdasarkan atas fakta,
maka hipotesis masih perlu diuji kebenarannya dengan data empiris. Hipotesis
akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika faktor-faktor
membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat bergantung pada
hasil-hasil penyelidikan terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan.
Hipotesis
adalah alat yang sangat besar kegunaannya dalam penyelidikan ilmiah. Hipotesis
memungkinkan seseorang menghubungkan teori dengan pengamatan dan sebaliknya
pengamatan dengan teori.
Hipotesis
harus dibuat karena alasan sebagai berikut:
a. Hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan
bahwa penelitian telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian
dibidang itu.
b. Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan
penafsiran data. Hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang
harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan.Dengan demikian, dapat
dicegah terbuang sia-sianya waktu dan jerih payah peneliti.
B. KEGUNAAN HIPOTESIS
Kegunaan
hipotesis antara lain :
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang
gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan
yang langsung dapat diuji dalam penelitian.
3.
Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
4.
Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan
kesimpulan penyelidikan
C. CIRI-CIRI HIPOTESIS YANG BAIK
Hipotesis
yang baik haruslah memiliki cirri-ciri seperti di bawah ini :
1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun
untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh
sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang
dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
2.
Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang
benar dan secara operasional. Aturan untuk,
menguji satu hipotesis secara empiris adalah
harus mendefinisikan secara operasional semua variabel
dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3.
Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat
diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang
diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti
hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau
distribusi suatu
variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai
yang dimiliki peneliti dan preferensisubyektivitas tidak
memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada
(atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel
yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang
tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan
hipotesis yangbersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan
bahwa tidak ada metodepenelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis
bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan,
pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat
spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik
yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit
yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis
menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X
dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dariwaktu, ruang, atau unit analisis yang
jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara
variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk
dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus
dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah
hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7.
Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan
antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang
diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit
D. MACAM-MACAM HIPOTESIS
Ada 3
macam hipotesis, antara lain :
1. Hipotesis
Deskriptif
Hipotesis
deskriptif, merupakan dugaan terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel
walaupun di dalamnya bisa terdapat beberapa kategori.
Contoh
Hipotesis Deskriptif :
Permasalahan
Penelitian: Apakah penerimaan terhadap proses “perdamaian di Poso” mempunyai
perbedaan pada mereka yang berasal dari suatu lingkungan tertentu?
Ø Assumsi:
a)
Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang
memungkinkan keterbukaan untuk menerima proses perdamaian.
b)
Nilai yang dianut seseorang merupakan dasar
pengaruh bagi penerimaan proses perdamaian.
c)
Tingkat informasi yang dimiliki seseorang dapat
memberikan pandangan mengenai suatu proses perdamaian.
Ø Hipotesis
Umum:
Orang
yang berasal dari lingkungan sosial yang terbuka lebih mudah menerima proses
perdamaian.
Ø Hipotesis
khusus:
a) Orang dengan pendidikan yang tinggi relatif lebih
mudah menerima proses perdamaian.
b) Orang yang berorientasi pada nilai-nilai yang
moderen lebih menerima proses perdamaian.
c)
Orang yang memiliki banyak informasi lebih mudah
menerima proses perdamaian.
2. Hipotesis
Korelasional/hubungan
Hipotesis
korelasional adalah hipotesis yang berisi pernyataan tentang hubungan antara
dua atau lebih variabel. Jika pola hubungan antara dua atau lebih variabel
bersifat kausal (sebab-akibat) , maka hipotesisnya disebut hipotesis kausalitas.
I.
Contoh Hipotesis Korelasional:
Permasalahan
Penelitian: Hal-hal yang berhubungan dengan tingkat Hasil Produksi suatu
Perusahaan.
Ø Asumsi:
a)
Jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan
berhubungan dengan tingkat hasil produksi
b)
Tenaga ahli akan sulit bekerja di bawah peraturan
kerja yang ketat
c)
Peraturan kerja dalam perusahaan berhubungan
dengan tingkat hasil produksi.
Ø Hipotesis:
Semakin besar jumlah tenaga ahli
dalam suatu perusahaan, semakin rendah tingkat keketatan peraturan kerja
perusahaan, berhubungan dengan menerima proses perdamaian hasil produksi yang
semakin meningkat.
II.
Contoh Hipotesis Kausalitas:
Permasalahan
Penelitian: Mengapa timbul kecenderungan melakukan tindakan kriminal dalam
suatu lingkungan masyarakat.
Ø Asumsi:
a) Suatu lingkungan masyarakt mempunyai suatu daya
absorbsi, yaitu daya serap atau peredam terhadap suatu gejala sosial yang dapt
menimbulkan goncangan.
b) Seseorang dapat merasa frustasi apabila merasa
tersisihkan dari lingkungan masyarakatnya.
c) Seseorang yang merasa frustasi lebih mudah
dirangsang untuk cenderung melakukan tindakan kriminal.
Ø Hipotesis :
Untuk
mereka yang berada di lingkungan masyarakat yang sangat rendah daya absorbsinyajika mereka
merasa semakin tersisihkan dari lingkungan masyarakat, maka mereka
semakin mudah terangsang untuk cenderung melakukan tindakan kriminal.
3. Hipotesis
asosiasi
Pengukurana
asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam
statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variable.
1.
Hipotesa Kerja disingkat (HK)
Hipotesa-hipotesa yang dirumuskan oleh peneliti,
baik yang bersifat deskriftif, relasional maupun hipotesa kausalitas disebut hipotesa
kerja . Hipotesis Kerja (HK) biasanya disebut juga dengan hipotesis Alternatif
(HA). Hipotesis kerja menyatakan hubungan antara Variabel X dan Y, atau adanya
perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan Hipotesis Kerja
a. Jika... Maka...
b. Ada perbedaan antara … Dan … Dalam…
c. Ada pengaruh … Terhadap …
Adanya saling hubungan antara satu Variabel atau
lebih atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada
kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji statistik berupa
penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.
Ø Contoh
Hipotesa Kerja (Hk):
Tindakan
agresif lebih tinggi pada kelompok masyarakat yang memiliki tingkat kepadatan
yang tinggi daripada yang memiliki tingkat kepadatan rendah.
Bila
persepsi tentang sikap kelompok panutan dikontrol, suami-isteri yang memiliki
pekerjaan berpenghasilan tetap, mempunyai persepsi yang rendah tentang nilai
ekonomis anak, dan karena itu cenderung untuk lebih menerima norma keluarga
kecil. Keduanya menyebabkan persepsi mereka yang tinggi tentang manfaat
penggunaan kontrasepsi moderen, sehingga niat serta penggunaan kontrasepsi
moderen mereka relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan suami-isteri yang
memiliki pekerjaan berpenghasilan tidak tetap.
2.
Hipotesis
Nol (null hypotheses) disingkat (Ho)
Hipotesis
nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam
penelitian bersifat statistik, yaitu diuji dengan hitungan statistik. Hipotesis
nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya
pengaruh variabel X dan Variabel Y, maksudnya nol adalah atau nihil dapat
dimengerti dengan mudah karena tidak adanya perbedaan antara dua variabel.
Rumusan Hipotesis Nol :
a. Tidak ada
perbedaan antara... Dengan... Dalam...
b. Tidak ada
pengaruh... terhadap...
Ø Contoh
Hipotesa Nol (Ho):
Tidak
terdapat perbedaan tindakan agresif antara masyarakat yang memiliki tingkat
kepadatan yang tinggi dan masyarakat yang memiliki tingkat kepadatan penduduk
yang rendah.
Bila
persepsi tentang sikap kelompok panutan dikontrol, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pasangan yang memiliki pekerjaan berpenghasilan tetap dan
berpenghasilan tidak tetap dalam persepsi tentang nilai anak, norma keluarga
kecil, persepsi tentang manfaat kontrasepsi moderen, dan dalam niat menggunakan
serta perilaku kontrasepsi moderen.
REFERENSI
:
izin kutip blognya ya kak, makasih. sangat bermanfaat
BalasHapus