"Roro Rizky Ananda Febriani"

Sabtu, 30 Maret 2013

TUGAS BAHASA INDONESIA 2 "PERBEDAAN KARYA ILMIAH, SEMI ILMIAH DAN NON ILMIAH"


A. DEFINISI KARANGAN

Karangan adalah hasil dari Inspirasi seseorang yang dituangkan melalui tulisan. Nurdin (2005:231) mengatakan bahwa karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Sehingga dapat disimpulan bahwa karangan adalah hasil dari inspirasi seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang.
Karangan dibagi menjadi 3 :
A.1. Karangan Ilmiah.
A.2. Karangan Non-Ilmiah
A.3. Karangan Semi-Ilmiah.



A.1 KARANGAN ILMIAH

A.1.1 DEFINISI KARANGAN ILMIAH

Definisi karangan ilmiah menurut para ahli :
1.     Menurut Brotowidjoyo, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodolog penulisan yang baik dan benar.
2.    Menurut Drs.Totok Djuroto dan Dr. Bambang Supriyadi, karya ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya.
3.    Menurut Hery Firman, karya ilmiah adalah laporan tertulis dan di publikasikan dipaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karangan ilmiah atau yang biasa disebut dangan karya ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian dari serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang atau sebuah tim yang sistematis berdasarkan pada metode ilmiah, etika keilmuan, memenuhi kaidah dan menurut metodolog penulisan yang baik dan benar agar mendapatkan kawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang ada.



A.1.2 JENIS KARYA ILMIAH

Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain :
1.     Makalah ( dalam seminar atau symposium )
Merupakan suatu karya ilmiah yang membahas suatu pokok permasalahan yang digunakan sebagai hasil penelitian yang disampaikan secara ilmiah ( seminar ).

2.    Artikel
Merupakan suatu karya tulis atau karangan yang dimuat dalam media massa, karangan yang bertujuan untuk meyakinkan,membahas isu – isu tertentu, mendidik, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat.

3.    Skripsi ( tugas akhir )
Merupakan karya ilmiah yang ditulis berdasarkan suatu hasil penelitian lapangan atau kajian pustaka dan dapat dipertahankan di depan sidang ujian dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana.

4.    Tesis
Merupakan karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister dan mencoba membahas mengungkapkan persoalan ilmiah secara kristis. 

5.    Disertasi
Merupakan karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat Strata Tiga (S3) yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.).



A.1.3 TUJUAN KARYA ILMIAH

Tujuan karya ilmiah, antara lain:
1.     Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
2.    Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
3.    Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
4.    Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
5.    Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.



A.1.4 MANFAAT PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
1.       Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
2.      Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
3.      Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
4.      Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
5.     Memperoleh kepuasan intelektual;
6.     Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
7.     Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya


A.1.5 CIRI-CIRI KARYA ILMIAH

Secara ringkas, ciri-ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut:

1.     Objektif.
Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.

2.    Netral.
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.

3.    Sistematis.
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.

4.    Logis.
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.

5.    Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan).
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

6.    Tidak Pleonastis,
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).

7.    Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.





A.2 KARANGAN NON ILMIAH

A.2.1 DEFINISI KARANGAN NON ILMIAH

Karangan non ilmiah atau yang biasa disebut karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).



A.2.2 JENIS-JENIS KARYA NON ILMIAH

Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah, yaitu:

1.     Dongeng
Suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya.
2.    Cerpen
Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.
3.    Novel
Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita.
4.    Drama
Suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
5.    Roman
Sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.



A.2.3 SIFAT KARYA NON ILMIAH

Karya non-ilmiah bersifat :

1.     Emotif : Sedikit informasi, kemewahan dan cinta menonjol, melebuhkan kebenaran mencari keuntungan, tidak sistematis.
2.    Persuasif : Cukup informatif, penilaian fakta tidak dengan bukti, bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap dan cara berpikir pembaca.
3.    Deskriptif : Informasi sebagian imaginatif dan subyektif, nampaknya dapat dipercaya, pendapat pribadi.
4.    Kritik tanpa dukungan bukti : Tidak memuat informasi spesifik, berisi bahasan dan kadang-kadang mendalam tanpa bukti, berprasangka menguntungkan atau merugikan, formal tetapi sering dengan bahasa kasar, subyektif dan pribadi.



A.2.4 CIRI KARYA NON ILMIAH

Ciri-ciri Karya Tulis Non Ilmiah:

1.     Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
2.    Fakta yang disimpulkan subyektif,
3.    Gaya bahasa konotatif dan populer,
4.    Tidak memuat hipotesis,
5.    Penyajian dibarengi dengan sejarah,
6.    Bersifat imajinatif,
7.    Situasi didramatisir,
8.    Bersifat persuasif.
9.    Tanpa dukungan bukti





A.3 KARANGAN SEMI ILMIAH

A.3.1 DEFINISI KARANGAN SEMI ILMIAH

Semi Ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi panulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen. Karakteristiknya :  berada diantara ilmiah.
Bentuk karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase, dan resensi buku. Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan, dan kritik objektif terhadap sebuah buku. Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu ringkasan, deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga.



A.3.2 JENIS-JENIS KARANGAN SEMI ILMIAH

Jenis-Jenis Karangan Semi Ilmiah, diantaranya :

1.     Komik
2.    Dongeng
3.    Hikayat
4.    Novel
5.    Roman
6.    Cerpen



A.3.3 CIRI-CIRI KARANGAN SEMI ILMIAH

Adapun ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu:

1.     Ditulis berdasarkan fakta pribadi
2.    Fakta ang disimpulkan subjektif
3.    Gaya bahasa formal dan popular
4.    Mementingkan diri penulis
5.    Melebih-lebihkan sesuatu
6.    Usulan-usulan bersifat argumentative
7.    Bersifat persuasive



A.3.4 CONTOH KARANGAN SEMI ILMIAH

Contoh karangan semi ilmiah :
Manga, merupakan sebutan untuk komik di Jepang. Tidak ada yang tahu secara pasti kapan komik masuk pertama kali ke Jepang, tetapi pada mulanya komik Jepang adalah peniruan dari film animasi Walt Disney oleh Ozamu Tezuka (1928-1989) dan merupakan cikal bakal dari komik Jepang modern. Beliau mengekspresikan gerakan film-film animasi Walt Disney ke dalam komik Jepang. Karya-karya beliau setelah akhir perang dunia II membuka era baru untuk komik Jepang.





B. PERBEDAAN KARYA ILMIAH, SEMI ILMIAH DAN NON ILMIAH

B.1 PERBEDAAN KARYA ILMIAH DAN NON ILMIAH

Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek berikut ini :
1.     Karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.
2.    Karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
3.    Dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.
Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semi ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semi ilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semi ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semi ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi ilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi ilmiah, dan non ilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.



B.2 PERBEDAAN KARYA ILMIAH DAN SEMI ILMIAH

Bahasa dalam karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi. Ciri-ciri ragam resmi yaitu menerapkan kesantunan ejaan (EYD/Ejaan Yang Disempurnakan), kesantunan diksi, kesantunan kalimat, kesantunan paragraph, menggunakan kata ganti pertama “penulis”, bukan saya, aku, kami atau kita, memakai kata baku atau istilah ilmiah, bukan popular, menggunakan makna denotasi, bukan konotasi, menghindarkan pemakaian unsur bahasa kedaerahan, dan mengikuti konvensi penulisan karangan ilmiah.
Terdapat tiga bagian dalam konvensi penulisan karangan ilmiah, yaitu bagian awal karangan (preliminaries), bagian isi (main body), dan bagian akhir karangan (reference matter).
Berbeda dengan karangan ilmiah, bahasa dalam karangan semiilmiah/ilmiah popular dan nonilmiah melonggarkan aturan, seperti menggunakan kata-kata yang bermakna konotasi dan figurative, menggunakan istilah-istilah yang umum atau popular yang dipahami oleh semua kalangan, dan menggunakan kalimat yang kurang efektif seperti pada karya sastra.
Berikut perbandingan istilah ilmiah dan semi ilmiah/popular :

Kata Ilmiah :

1.     Metode
2.    Prosedur
3.    Sahih
4.    Fonem
5.    Populasi
6.    Stadium
7.    Karbon
8.    Produk
9.    Volume
10. Makro
11.  Paradigma

Kata Populer :

1.     Cara
2.    Langkah-langkah
3.    Sah
4.    Bunyi
5.    Penduduk
6.    Tahapan
7.    Orang
8.    Hasil
9.    Isi
10. Besar
11.  Pandangan



REFERENSI :

Jumat, 22 Maret 2013

TUGAS BAHASA INDONESIA 2 "PENALARAN DEDUKTIF"


A. DEFINISI PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut denganconsequence (konklusi).  Sedangkan definisi dari metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Sehingga dapat di simpulkan bahwa definisi dari penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

CONTOH PARAGRAF DEDUKTIF

Chairil Anwar terkenal sebagai penyair. Ia disebut penyair yang membawa pembaharuan dalam puisi. Ada yang mengatakan dia sebagai seorang individualis. Ada yang menilai bahwa ia seorang yang kurang bermoral dan plagiat karena ada sebagian kecil dalam gubahannya merupakan jiplakan dari puisi asing. Dalam sajak-sajaknya yang dikumpulkan dalam "Deru Campur Debu" memperlihatkan adanya perbedaan bentuk, corak, gaya, dan isi. Tanggapan orang terhadap Chairil berbeda-beda. Namun, bagaimanapun ia tetap seorang penyair besar yang membawa kesegaran baru dalam bidang puisi pada 1945.




B. FAKTOR-FAKTOR PENALARAN DEDUKTIF

Faktor – faktor penalaran deduktif meliputi :
1. Pembentukan Teori
2. Hipotesis
3. Definisi Operasional
4. Instrumen
5. Operasionalisasi




C. MACAM-MACAM PENALARAN

Macam - macam penalaran deduktif  yaitu:

·         Silogisme Kategorial
Merupakan silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
·         Silogisme Hipotesis
Merupakan silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
·         Silogisme Akternatif
Merupakan silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
·         Entimen
Merupakan silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Pengertian Premis Mayor dan Premis Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum, sementara premis minor artinya pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan istilah silogisme. Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi). Misalnya : “Semua orang akhirnya akan mati” (premis mayor). Hasan adalah orang (premis minor). Oleh karena itu, “Hasan akhirnya juga akan mati” (kesimpulan). Jadi, berfikir deduktif adalah berfikir dari yang umum ke yang khusus, dari yang abstrak ke yang konkrit, dari teori ke fakta-fakta.


Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung.

1)  Penarikan simpulan secara langsung :

Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu prosisi tempat menarik simpulan.

Simpulan secara langsung:

a.    Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)

Contoh : Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
               Sebagian yang mempunyai rambut adalah manusia. (simpulan)

b.    Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)

Contoh: Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
               Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)

c.    Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)

Contoh: Tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)
               Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)

d.    Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P. (simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S. (simpulan)

Contoh: Semua kucing adalah berbulu. (premis)
               Tidak satu pun kucing adalah takberbulu. (simpulan)
               Tidak satupun yang takberbulu adalah kucing. (simpulan)


2)  Penarikan simpulan secara tidak langsung :

a.    Silogisme Kategorial

Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
 
Rumus :
Premis umum          : Premis Mayor (My)
Premis khusus        : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan     : Premis Kesimpulan (K)

Contoh :
Premis Mayor (My)           : Semua buruh adalah manusia pekerja
Premis Minor (Mn)           : Semua tukang batu adalah buruh
Premis Kesimpulan (K)      : Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.

Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.


b.    Silogisme Hipotesis

Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan “ jika …” konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetis :
1. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
- Jika hujan, saya naik becak.
- Sekarang hujan.
- Jadi saya naik becak.

2. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
- Bila hujan, bumi akan basah.
- Sekarang bumi telah basah.
- Jadi hujan telah turun.

3. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
- Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
- kegelisahan akan timbul.
- Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
- Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
- Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
- Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum- hukum silogisme hipotesis :
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.

Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dilambangan dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetis adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.


c.    Silogisme Alternatif

Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Sedangkan proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh:

Premis Mayor         : Ayah ada di kantor atau di rumah
Premis Minor         : Ayah ada di kantor
Konklusi                 : Sebab it, ayah tidak ada di rumah.
Atau
Premis Mayor         : Ayah ada di kantor atau di rumah
Premis Minor         : Ayah ada di kantor
Konklusi                 : Sebab it, ayah tidak ada di rumah.


d.    Entimen

Entimen atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.

Entimen merupakan silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan .

Contohnya :
Premis mayor (MY) : manusia mahluk rasional
Premis minor (MN) : kucing bukan manusia
Kesimpulan (K)       : kucing tidak rasional

Premis mayor (MY)  : setiap manusia pernah lupa
Premis minor (MN)  : mahasiswa adalah manusia
Kesimpulan (K)        : mahasiswa pernah lupa

Premis mayor (MY)  : Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Premis minor (MN)  : Pada malam hari tidak ada sinar matahari
Kesimpulan (K)       : Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.

Premis mayor (MY)  : Semua ilmuwan adalah orang cerdas
Premis minor (MN)  : Anto adalah seorang ilmuwan.
Kesimpulan (K)       : Jadi, Anto adalah orang cerdas.




REFERENSI :