A.
DEFINISI TELEMATIKA
Dari beberapa sumber yang saya
dapat, definisi dari telematika adalah sebagai berikut :
1. Menurut Wikipedia telematika merupakan adopsi dari
bahasa Prancis yang sebenarnya adalah “TELEMATIQUE” yang kurang lebih dapat
diartikan sebagai bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi
informasi. Istilah telematika juga dikenal sebagai “the new hybrid technology”
karena lahir dari perkembangan teknologi digital. Dalam wikipedia disebutkan
bahwa Telematics juga sering disebut dengan ICT (Information and Communications
Technology).
2. Menurut Yusuf Hadi Miarso ( 2007 ) telematika merupakan sinergi
teknologi telekomunikasi dan informatika untuk keperluan pemrosesan data dengan
sistem binary ( digital ). Telekomunikasi adalah sistem hubungan jarak jauh
yang terjalin melalui saluran kabel dan nirkabel ( gelombang suara,
elektromagnetik, dan cahaya ). Sedangkan informatika adalah pengelolaan data
yang bermakna dengan sistem binary ( digital ). Istilah Teknologi dan
Komunikasi (ICT = Information and Communication Technology ) yang lebih dikenal
sekarang ini bermaksud memperluas pengertian telematika.
3. Menurut bapak Moedjiono telematika merupakan
konvergensi dari
Tele = ”Telekomunikasi”, ma = ”Multimedia” dan tika = ”Informatika”.
Dalam sejarahnya
kata TELEMATIKA, berasal dari istilah dalam bahasa Perancis
"TELEMATIQUE" yang merujuk pada bertemunya sistem jaringan komunikasi
dengan teknologi informasi. Istilah Teknologi Informasi itu sendiri merujuk
pada perkembangan teknologi perangkat-perangkat pengolah informasi. Para
praktisi menyatakan bahwa TELEMATICS adalah singkatan dari
"TELECOMMUNICATION and INFORMATICS" sebagai wujud dari perpaduan
konsep Computing and Communication. Istilah Telematics juga dikenal sebagai
"the new hybrid technology" yang lahir karena perkembangan teknologi
digital. Perkembangan ini memicu perkembangan teknologi telekomunikasi dan
informatika menjadi semakin terpadu atau populer dengan istilah "konvergensi".
Namun seiring dengan perkembangan zaman, Telekomunikasi menjadi gabungan dari
kata “ Telekomunikasi”, “Multimedia” dan “Informatika”.
Telekomunikasi
sendiri memiliki Pengertian sebagai suatu teknik pengiriman pesan, dari suatu
tempat ke tempat lain, dan biasanya berlangsung secara dua arah. Dalam hal ini
telekomunikasi mencakup semua bentuk komunikasi, baik komunikasi jarak jauh dan
juga termasuk radio, telegraf/ telex, televisi, telepon, fax, serta komunikasi
data melalui jaringan komputer. Sedangkan Informatika sendiri memiliki
pengertian yaitu mencakup suatu struktur, sifat, dan interaksi dari beberapa
sistem yang dipakai untuk mengumpulkan data, memproses dan menyimpan hasil
pemrosesan data, serta menampilkannya dalam bentuk informasi.
Selanjutnya
Multimedia adalah penggabungan dari berbagai media baik teks, suara, gambar,
animasi, dan video dengan alat bantu dan koneksi sebagai alat penyampaian
pesan. Sehingga didapat kesimpulan bahwa telematika adalah konvergensi antara
teknologi Telekomunikasi , Media dan Informatika yang digunakan untuk keperluan
pemrosesan data dengan sistem digital. Serta Telematika juga dapat
diartikan sebagai sarana komunikasi jarak jauh melalui media elektronik, dimana
kemampuannya adalah untuk mentransmisikan sejumlah besar informasi secara
cepat, dengan jangkauan seluruh dunia, dan dalam berbagai cara.
Dari definisi di
atas maka telematika dapat mencakup berbagai komponen dan secara garis besar
tidak berbeda jauh maknanya dengan istilah Teknologi Informasi (TI), maupun
Information and Communication Technologies (ICT).
Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disarikan pemahaman tentang telematika
sebagai berikut.
1. Telematika adalah sarana komunikasi jarak jauh melalui media
elektromagnetik.
2. Kemampuannya adalah
mentransmisikan sejumlah besar informasi dalam sekejap, dengan jangkauan
seluruh dunia, dan dalam berbagai cara, yaitu dengan perantaan suara (telepon,
musik), huruf, gambar dan data atau kombinasi-kombinasinya. Teknologi digital
memungkinkan hal tersebut terjadi.
3. Jasa telematika ada yang diselenggarakan untuk umum (online,
internet), dan adapula untuk keperluan kelompok tertentu atau dinas khusus
(intranet).
Dengan demikian
dapat diambil kesimpulan bahwa telematika merupakan teknologi komunikasi jarak
jauh, yang menyampaikan informasi satu arah, maupun timbal balik, dengan sistem
digital.
B. PERKEMBANGAN
TELEMATIKA DI INDONESIA
Peristiwa proklamasi 1945 membawa
perubahan yang bagi masyarakat Indonesia, dan sekaligus menempatkannya pada
situasi krisis jati diri. Krisis ini terjadi karena Indonesia sebagai sebuah
negara belum memiliki perangkat sosial, hukum, dan tradisi yang mapan. Situasi
itu menjadi ‘bahan bakar’ bagi upaya-upaya pembangunan karakter bangsa di tahun
50-an dan 60-an. Di awal 70-an, ketika kepemimpinan soeharto, orientasi
pembangunan bangsa digeser ke arah ekonomi, sementara proses – proses yang
dirintis sejak tahun 50-an belum mencapai tingkat kematangan.
Dalam latar belakang sosial
demikianlah telekomunikasi dan informasi, mulai dari radio, telegrap, dan
telepon, televise, satelit telekomunikasi, hingga ke internet dan perangkat
multimedia tampil dan berkembang di Indonesia. Perkembangan telematika penulis
bagi menjadi 2 masa yaitu masa sebelum atau pra satelit dan masa satelit.
1.
Masa Pra-Satelit
Radio dan Telepon
Di periode pra satelit (sebelum
tahun 1976), perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia masih terbatas pada
bidang telepon dan radio. Radio Republik Indonesia (RRI) lahir dengan di dorong
oleh kebutuhan yang mendesak akan adanya alat perjuangan di masa revolusi
kemerdekaan tahun 1945, dengan menggunakan perangkat keras seadanya. Dalam
situasi demikian ini para pendiri RRI melangsungkan pertemuan pada tanggal 11
September 1945 untuk merumuskan jati diri keberadaan RRI sebagai sarana
komunikasi antara pemerintah dengan rakyat, dan antara rakyat dengan rakyat.
Sedangkan telepon pada masa itu
tidak terlalu penting sehingga anggaran pemerintah untuk membangun
telekomunikasipun masih kecil jumlahnya. Saat itu, telepon dikelola oleh PTT
(Perusahaan Telepon dan Telegrap) saja. Sampai pergantian rezim dari Orla ke
Orba di tahun 1965, RRI merupakan operator tunggal siaran radio di Indonesia.
Setelah itu bermunculan radio – radio siaran swasta. Lima tahun kemudian muncul
PP NO. 55 tahun 1970 yang mengatur tentang radio siaran non pemerintah.
Periode awal tahun 1960-an
merupakan masa suram bagi pertelekomunikasian Indonesia, para ahli teknologi
masih menggeluti teknologi sederhana dan “kuno”. Misalnya saja, PTT masih
menggunakan sentral-sentral telepon yang manual, teknik radio High Frequency
ataupun saluran kawat terbuka (Open Were Lines). Pada masa itu, banyak negara
pemberi dana untuk Indonesia – termasuk pendana untuk pengembangan
telekomunikasi, menghentikan bantuannya. Hal itu karena semakin memburuknya
situasi dan kondisi ekonomi dan politi di Indonesia.
Tercatat bahwa pada masa
1960-1967, hanya Jerman saja yang masih bersikap setia dan menaruh perhatian
besar pada bidang telekomunikasi Indonesia, dan menyediakan dana walau di
masa-masa sulit sekalipun. Ketika itu pengembangan telekomunikasi masih
difokuskan pada pengadaan sentra telepon, baik untuk komunikasi lokal maupun
jarak jauh, dan jaringan kabel. Indonesia saat itu belum memiliki satelit.
Sentral telepon beserta perlengkapan hubungan jarak jauh ini diperoleh dari
Jerman. Pada saat itu, Indonesia hanya dapat membeli produk yang sama, dari
perusahaan yang sama, yakni Perusahaan Jerman. Tidak ada pilihan lain bagi
Indonesia.
Keleluasaan barulah bisa
dirasakan setelah di tahun 1967/1968 mengalir pinjaman-pinjaman ke Indonesia,
baik bilateral ataupun pinjaman multilateral dari Bank Dunia, melalui pinjaman
yang disepakati IGGI. Akan tetapi, pada masa inipun inovasi dalam pemfungsian
teknologi telekomunikasi masih belum berkembang dengan baik di negeri ini. Peda
dasarnya kita memberi dan memakai perlengkapan seperti switches, cables,
carries yang sudah lazim kita pakai sebelumnya.
Televisi
Badan penyiaran televisi lahir
tahun 1962 sebelum adanya satelit yang semula hanya dimaksudkan sebagai
perlengkapan bagi penyelenggara Asian Games IV di Jakarta. Siaran percobaan
pertama kali terjadi pada 17 Agustus 1962 yang menyiarkan upacara peringatan kemerdekaan
RI dari Istana Merdeka melalui microwave. Dan pada tanggal 24 Agustus 1962,
TVRI bisa menyiarkan upacara pembukaan Asian Games, dan tanggal itu dinyatakan
sebagai hari jadi TVRI.
Terdorong oleh inovasi, akhirnya
pada tanggal 14 November 1962 untuk pertama kalinya TVRI memberanikan diri
melakukan siaran langsung dari studio yang berukuran 9×11 meter dan tanpa
akustik yang memadai. Acaranya terbatas, hanya berupa permainan piano tunggal
oleh B.J. Supriadi dengan pengaruh acara Alex Leo.
Lebih setahun setelah siaran
pertama, barulah keberadaan TVRI dijelaskan dengan pembentukan Yayasan TVRI
melalui Keppres No. 215/1963 tertanggal 20 oktober 1963. Antara lain disebutkan
bahwa TVRI menjadi alat hubungan masyarakat (mass communication media) dalam pembangunan
mental/spiritual dan fisik daripada Bangsa dan Negara Indonesia serta
pembentukan manusia sosialis Indonesia pada khususnya.
Sampai tahun 1989, TVRI merupakan
operator tunggal di bidang penyiaran televise.
Jadi
sebelum satelit palapa mengorbit, Indonesia hanya mengenal telekomunikasi yang
bersifat terestrial, yakni yang jangkauannya masih dibatasi oleh lautan.
Telekomunikasi seperti ini tidak bisa menjangkau pulau-pulau kecuali melalui
penggunaan SKKL (Saluran Komunikasi Kabel Laut) yang mahal dan sulit
dipergunakan.
2.
Masa Satelit
Satelit Domestik Palapa
Gagasan tentang peluncuran
satelit bagi telekomunikasi domestik di Indonesia bisa ditelusuri asal
muasalnya dari sebuah konferensi di Janewa tahun 1971 yang disebut WARCST
(World Administrative Radio Confrence on Space Telecomunication).
Pada konferensi itu di tampilkan
pila pameran dari perusahaan raksasa pesawat terbang Hughes. Perusahaan inilah
yang mengusulkan ide pemanfaatan satelit bagi kepentingan domestik Indonesia.
Hal tersebut disambut oleh Suhardjono yang berlatar belakang militer dan
membawa masalah satelit itu sampai ke Presiden RI.
Selain pertimbangan kelayakan
ekonomi dan teknis, sejarah peluncuran satelit ini juga diwarnai oleh
kepentingan politik dimana hubungan antara Indonesia dengan negara- negara lain
sudah mulai bersahabat. Di sisi lain, satelit memungkinkan penyebaran luas
ideologi negara ke masyarakat luas melalui TV, satelit juga menguntungkan
secara ekonomi.
Komunikasi tentang cara-cara
menggali sumber daya alam dapat berlangsung dengan mudah. Ini berlaku untuk
kasus tembaga pura (Freeport) dan di Dili. Peluncuran satelit Palapa di Cape
Canaveral, Florida, bulan Agustus 1976 pada panel peluncuran terdapat 3 orang
Indonesia dan perwakilan dari perusahaan NASA dan Hughes.
Kejadian ini diresmikan juga
melalui pidato kenegaraan oleh presiden Soeharto di Jakarta, tanggal 16 Agustus
1976. ini merupakan satu- satunya proyek teknologi yang mendapat tempat
terhormat di gedung Parlemen. Namun peluncuran satelit itu merupakan kebijakan nasional
yang gagasan awalnya dicetuskan oleh pemerintah.
Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa Indonesia pernah mengalami ancaman perpecahan. Untuk
mempersatukan tanah air yang sangat luas ini diperlukan sarana perhubungan yang
mencakup seluruh wilayah nusantara. Proses kelahiran satelit ini hanya
melibatkan sedikit teknokrat dan teknolog yang berpihak pada kepentingan Orba.
Dampak Setelah Adanya Satelit
Palapa
Dengan semakin bergantungnya
Indonesia pada teknologi satelit, muncullah sejumlah perusahaan yang bergerak
dalam produksi perlengkapan terkait, seperti RFC (milik Iskandar Alisjahbana),
LEN (milik Kayatmo), PT. INTI. Setelah periode itu, aspek bisnis di dunia
telekomunikasi mencuat. Inovasi lebih banyak terjadi pada penyediaan layanan,
sementara pengembangan teknologi untuk komponen berkurang.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat di
tahun 1988 membuat kebutuhan telekomunikasi melonjak secara drastis. Untuk
memenuhi kebutuhan telepon yang melonjak, disadari pemerintah perlunya
perubahan regulasi, yang kemudian membuahkan UU no. 3 tahun 1989 tentang
pengertian telekomunikasi yang diperluas hingga mencakup alat pengiriman data
seperti facsimile dan telex, dan lain-lainnya.
Sebelum lahirnya UU ini, Telkom
dan Indosat disebut sebagai badan penyelenggara telekomunikasi yang menyediakan
seluruh jejaring dan layanan jasa. Dampak positif dari berlakunya UU tersebut
adalah mulai masuknya pihak-pihak swasta dengan modal yang besar, walaupun
dalam skala usaha yang terbatas.
Mereka datang dengan membawa
teknologi baru, tenaga ahli, manajemen yang baru. Ini semua kemudian
menciptakan iklim usaha yang baru dalam penyelenggaraan telekomunikasi di
Indonesia. Dengan terlibatnya pihak asing dalam pengadaan dana, teknologi dan
menejemen, perkembangan teknologi telekomunikasi berkembang dengan pesat. Hal
ini terjadi sekitar tahun 1990-an dan dampaknya terlihat mulai tahun 1991
khususnya terlihat jelas bahwa jangkauan telekomunikasi di Indonesia menjadi
bertambah luas.
Perkembangan teknologipun
berkembang pesat, mulai dari pesawat telepon manual ke otomatis, dan dari
analog menjadi digital. Pada gilirannya perkembangan ini menuntut adanya
pengaturan infrastruktur dan standarisasi peralatan. Tak lama kemudian masuklah
teknologi mobile-telecommunication.
Berkembanglah pemakaian handphone
yang bardampak tumbuhnya usaha-usaha yang tidak hanya menyediakan layanan atau
jejaring saja, melainkan juga membangun pabrik-pabrik dalam upaya pemenuhan
kebutuhan akan kabel. Menarik untuk dicatat bahwa di era serbuan bisnis
telekomunikasi itu, ternyata kaidah dan aturan bisnis professional tidak
sepenuhnya diikuti.
Sementara itu faktor politik
tampaknya justru mengambil peranan penting. Kala itu terjadi campur tangan
bisnis dari “Keluarga Cendana” yang mengambil peranan sebagai mitra bisnis PT
Telkom dan Indosat yang kemudian diikuti oleh krono-kroni mereka seperti Liem
Sio Liong melalui “Sinar Mas”- nya dan lain-lain. Di era emas telekomunikasi
itu, tumbuh dorongan kuat agar Bank Indonesia membuka pintunya lebar-lebar bagi
pihak swasta asing.
Bahkan mereka menginginkan adanya
privatisasi Telkom dan Indosat dalam penyelenggaraannya. Dampak dari dorongan
ini mencuatnya pandangan bahwa regulasi yang ada sudah tidak memadai lagi. Di
sekitar tahun 1996, mulailah disusun rencana untuk meninjau kembali UU No. 3
tahun 1989.
Beberapa hal yang diperhatikan
dalam review ini adalah :
1. Perkembangan
teknologi tahun 1995-1996 itu berbeda sekali dengan di tahun 1990. ini terutama
terjadi akibat konvergensi teknologi, sebagai fungsi dari berbagai jenis jasa
berubah dan timbul jasa-jasa baru yang perlu diakomodasikan. Konvergensi
teknologi bahkan memungkinkan teknologi dipadu dengan broadcasting, sehingga
timbullah telematika, teleinformatika, teknologi informasi dan lain-lain yang
menuntut kebijakan dan peraturan yang baru.
2. Perkembangan
teknologi informasi dan broadcasting itu ternyata tidak hanya berpengaruh pada
masalah politik, dalam artian berita, tetapi juga iklan yang sangat berpengaruh
dalam dunia bisnis. Lebih jauh lagi dengan berkembangannya telebanking, telekumunikasi
sebelumnya dilihat hanya sebagai public utility, kini berubah menjad bisnis
opportunity.
3. Globalisasi
ekonomi menciptakan suasana kompetisi yang semakin ketat. Ini menuntut
penyelenggaraan telekomunikasi dengan kualitas layanan yang semakin tinggi.
Setelah satelit Palapa mengorbit,
jangkauan telekomunikasi Indonesia bisa meliputi seluruh nusantara, dan bahkan
ke luar wilayah nusantara. Satelit telekomunikas itu kemudian bisa dimanfaatkan
bukan untuk telepon tetapi juga untuk berbagai macam keperluan lain seperti,
pengiriman facsimile, telex, dan pengiriman berbagai informasi dalam bentuk
lain termasuk broadcasting. Setelah perkembangan itu semua terwujud, masyarakat
melihat pentingnya peranan telekomunikasi bagi kehidupan suatu bangsa.
Nusantara 21
Perkembangan satelit dipacu lebih
lanjut dengan diresmikannya “Nusantara 21” (N21) oleh presiden RI pada tanggal
27 Desember 1996. Menggelindingnya N21 menjadi masukan utama untuk pembentukan
Tim koordinasi Telematika Indonesia (TKTI) melalui Kepres No. 30 tahun 1997.
Tugas TKTI menurut Inpres No.6 tahun 2001 tentang pengembangan dan
Pendayagunaan Telematika di Indonesia adalah :
(1) Mengkoordinasikan perencanaan
dan memelopori program aksi dan inisiatif untuk meningkatkan perkembangan dan
pendayagunaan teknologi telematika Indonesia serta memfasilitasi dan memantau
pelaksanaannya,
(2) Memperkuat kemampuan
menggalang sumber daya yang ada di Indonesia guna mendukung keberhasilan
pelaksanaan semua arah pengembangan dan pendayagunaan teknologi telematika,
melaksanakan forum untuk membangun consensus antar pihak-pihak terkait di
sector pemerintah dan swasta, serta akses mengakses pengalaman internasional
dalam mengembangkan sistem infrastruktur infomasi nasional.
Tim ini diketuai oleh Menko
Produksi Industri Strategis (Ginanjar Kartasasmita), wakil ketua Menparpostel,
beranggotakan tujuh menteri departemen (Menkeu, Menhankam, Menpen, Mendagri,
Menperindag, Menaker, dan Mendikbud) serta lima menteri negara (Mensesneg,
Menristek, MenPAN, Menivest, Men-PPN).
Visi N21 adalah menyediakan
wahana berbasis teknologi telekomunikasi dan informatika nasional di dalam
proses transformasi bangsa Indonesia dari masyarakat tradisional (traditional
society) menjadi sebuah masyarakat yang berwawasan IPTEK dan berbasis pengetahuan
(knowledge based society).
Konsep N21 merupakan jawaban atas
tantangan globalisasi komunikasi dan informasi berupa jaringan komunikasi
terpadu. N21 menggunakan kerangka pendekatan, antara lain, (a) Memanfaatkan
semua teknologi yang dapat mendukung pembangunan di semua sektor; dan (b)
membentuk suatu jaringan maya informasi atau adi marga informasi (virtual
information network atau anformation superhighway) yang menghubungkan seluruh
pelosok tanah air.
Dengan dikembangkannya N21 maka
pada tahun 2000 atau memasuki abad 21 seluruh kecamatan di Indonesia akan
mempunyai akses ke semua teknologi komunikasi dan computer (K-2) dalam suatu
jaringan terpadu yang didukung oleh 11 sistem satelit komunikasi. Sekarang ini
baru ada tiga sistem satelit yang beroperasi, yaitu PSN dengan Palapa 1. telkom
dengan Palapa B4 dan B 2R, dan satelindo dengan Palapa C 1 dan C 2.
Pengembangan infrastruktur fiik mengandung tiga kemungkinan penggunaan, yaitu :
(1) Adiguna Marga Kepulauan (Archipelagic Super Highway), (2) Kota Multimedia
(Multimedia Cities); dan (3) Nusantara Multimedia Community Acces Centers (
Pusat Akses Masyarakat Multimedia Nusantara).
Tim Koordinasi Telematika
Nasional secara paripurna merumuskan cetk biru pengembangan telematika yang
mencakup tiga kelompok utama, yaitu infastruktur, aplikasi, dan sumber daya.
1.
Infrastruktur
Menurut Jonathan L.Parapak
(Presiden komisaris PT.Indosat) dalam http://www.bogor.net,
perkembangan infrastruktur ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
kebijakan nasional sector telekomunikasi, regulasi sector, kondisi ekonomi
makro, kemampuan para pelaku nasional. Pada tatanan kebijakan patut dicatat
beberapa kemajuan yang sangat penting, antara lain diundangkannya UU tentang
Telekomunikasi no. 36 tahun 1999 dan dikeluarkannya cetak biru kebijaksanaan
tentang telekomunikasi di Indonesia tanggal 20 Juli 1999.
Pada tatanan regulasi telah
dicapai beberapa perkembangan penting antara lain dimungkinkannya pern swasta
dan masyarakat yang semakin tinggi dalam pengembangan regulasi yang telah
terwujud dalam penetapan tariff dan interkoneksi standard, dan lain-lain. Pada
tatanan penyelenggaraan kondisi monopoli dan duopoli yang masih menghambat
peran swasta dan masyarakat lebih besar, keadaan ekonomi yang baru tumbuh
sangat mempengaruhi daya beli masyarakat.
Dalam kondisi ini, kelihatannya
sasaran pembangunan infrastuktur baik adimarga informasi, multimedia city akan
mengalami penundaan. Namun demikian perlu dicatat bahwa PT.Telkom telah
berupaya membangun lingkar-lingkar adimarga kepulauan dan infrastruktur
multimedia di Jakarta. Infrastruktur informasi telah maju selangkah dengan
beroperasinya satelit Telkom 1.
Salah satu aspek yang penting
adalah pemanfaatan secara optimal infrastruktur yang ada. Tampaknya perlu
dikembangkan kebijaksanaan baik pada tingkat pemerintah maupun pada tingkat
penyelenggaraan agar investasi yang telah dilakukan dapat termanfaatkan dengan
berdaya guna dan berhasil guna bagi berbagai komponen masyarakat, baik
pendidikan, layanan kesehatan, pemerintahan maupun kegiatan bisnis.
2.
Aplikasi Telematika
Aplikasi telematika Indonesia
terfokus pada pemberdayaan aparatur negara, pemerkayaan hidup masyarakat
(telemedik, telekarya, pendidikan), penciptaan daya saing bisnis
(perbankan,pos,pariwisata,manfaktur), pembangunan informasi dasar dan aplikasi
telematika perlu dilihat dari tatanan kebijakan, regulasi, dan penyelenggaraan
yang di manfaatkan masyarakat.
Dari sudut pandang kebijakan
tampaknya belum terasa perkembangan yang menonjol. Isu kelembagaan masih banyak
diperbincangkan, UU yang terkait dengan atau tentang telematika (cyber law)
masih jauh dari harapan. Beberapa aspek regulasi yang mendesak, misalnya
pengaturan secure transaction, public ke infrastructure registration authority,
electronic payment, certification authority masih belum dilaksanakan.
Namun, perhatian pada
perlindungan hak kekayaan intelektual semakin tinggi dan upaya untuk
memantapkan regulasi semakin mendapat perhatian dari berbagai pihak. Di
lapangan dapat dicatat perkembangan yang menggembirakan dengan semakin
meluasnya homepage, berkembangnya aplikasi seperti E-commerce, E-Banking,
E-Brokerage, dan lain-lai.
Sektor pemerintah nampaknya
berkembang lamban karena kendala keuangan dan sumber daya manusia. Beberapa
kelompok usaha seperti PT. Telkom, Indosat, Lippo e nett, nampaknya semakin
giat untuk mengejar ketertinggalan masyarakat kita di bidang aplikasi. Aplikasi
seperti E-government, tele-education, telemedicine masih dalam taraf mula yang
perlu di dorong berbagai pihak.
3.
Sumber Daya Telematika
Dalam bidang sumber daya ,
diarahkan pada pengembangan SDM, industri dalam negeri, hukum dan perdagangan,
serta kultur informasi. Secara umum dirasakan bahwa SDM di dalam negeri belum
memenuhi harapan untuk berperan dalam pengembangan teknologi yang berubah
begitu cepat.
Namun demikian, cukup banyak pula
SDM Indonesia di bidang telematika yang bekerja di luar negeri termasuk di
sentra-sentra keunggulan. Usaha berbagai pihak khusunya sector swasta,
nampaknya cukup menggembirakan antara lain dikembangkannya cyber campus seperti
ITB, UPH, dan lain-lain. Yang sangat memprihatinkan adalah pengembangan
industri dalam negeri.
Walaupun berbagi konsep telah
cukup lama di bicarakan seperti Hightech Park di Bandung, Serpong dan lain-lain
sampai saat ini belum mencapai kemajuan berarti. Oleh karena itu perlu
dikembangkan kebijaksanaan nasional untuk mendorong berkembangnya industri
dalam negeri di bidang telematika antara lain sistem insentif.
Dalam mempromosikan visi N21,
inisiasi perlu datang dari pemerintah. Namun secara bertahap dan interaktif,
visi ini perlu mengakomodasi kebutuhan yang khas dari berbagai kelompok
masyarakat maupun departemen. Untuk itu keterlibatan berbagai
kelompokmasyarakat dalam merumuskan dan mewujudkan program-program telematika
perlu ditumbuhkembangkan secara berangsur-angsur.
Hal
ini pada gilirannya akan membatasi peranan pemerintah, khususnya dalam hal
pengadaan dan pengelolaan kandungan informasi. Control informasi dari
pemerintah justru dipandang sebagai faktor penghambat bagi upaya penyejahteraan
masyarakat melalui jejaring telekomunikasi.
C. PERKEMBANGAN
TELEMATIKA DAN KAITANNYA DENGAN KOMPUTER
Pada zaman dahulu, telematika
belum berkembang sangat pesat dinegara Indonesia, Indonesia termasuk dalam
negara tertinggal, tapi dengan seiring perkembangan zaman, Indonesia mengalami
kemajuan yang sangat pesat karena telah banyak bermuculan produk-produk IT yang
lebih kecil, cepat, dan efisien dengan format-format unik yang berbeda dan
muktahir. Misalnya, teknologi perakitan prosessor yang sudah bisa memfrabikasi
hingga ukuran 40nm, telepon selular dengan koneksi wifi, notebook dengan ukuran
lebih kecil sehingga memudahkan keleluasaan mobilitas bagi penggunanya dan
sedangkan teknologi mukthir adalah teknologi automobile systems yang
menggabungkan Global Positioning System (GPS) dan komunikasi nirkabel lainnya
untuk mengetahui lokasi jalan, dan sekarang ini yang sedang populer juga banyak
dicari dan digunakan oleh masyarakat yaitu smartphone dan juga tablet PC.
Dalam penerapaannya, Telematika
menggunakan teknologi pengiriman, penerimaan dan penyimpanan informasi melalui
perangkat telekomunikasi dalam hubungannya dengan pengaruh pengendalian/control
pada objek jarak jauh. Dalam penerapan di bidang navigasi, telematika
membutuhkan perangkat GPS sebagai perangkat pengiriman data, lalu data telematika
diterima oleh layanan (vendor) seluler dan di teruskan ke pelangggan . Kemudian
data telematika disimpan oleh pelanggan di device telekomunikasi seperti
handphone, pada, dan smartphone .
Berikut adalah beberapa contoh
dari penerapan telematika dalam bidang komputer :
1. E-mail
(Electronic Mail). Dengan aplikasi sederhana seperti email maka seseorang yang
berada di suatu tempat dapat tetap berkomunikasi dengan orang lain pada tempat
lain. Selain itu, dengan email, orang dapat mengirimkan berbagai informasi yang
cukup banyak, yang tidak mungkin dapat dilakukan dengan media komunikasi yang
lain.
2. E-commerce
(Electronic commerce atauPerdagangan elektronik), adalah penyebaran, pembelian,
penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet
atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya. E-dagang dapat melibatkan
transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen
inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.
3. E-banking,
adalah transaksi keuangan antara personal / perorangan dengan organisasi
lainnya dan juga dengan bank yang berkaitan tanpa adanya uang fisik yang
terlibat.
4. E-learning
dihadirkan dengan maksud untuk proses belajar mengajar yang menggunakan media
elektronik, khususnya internet sebagai sistem pembelajarannya. E-learning
merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan telematika. Prinsip
dari e-learning ini adalah sebagai penghubung seorang pengajar dan pembelajar
secara online.
5. E-goverment
dihadirkan dengan maksud untuk administrasi pemerintahan secara elektronik.
Dengan e-goverment, pemerintah dapat menjalankan fungsinya melalui sarana
internet yang tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada publik secara
transparan sekaligus lebih mudah dan dapat diakses (dibaca) oleh komputer dari
mana saja.
D. TREN KEDEPAN
TELEMATIKA
Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) juga tidak hanya dengan perkembangan
TIK saat ini. Perangkat komputasi berskala terabyte, penggunaan multicore
processor, penggunaan memory dengan multi slot serta peningkatan kapasitas
harddisk multi terabyte akan banyak bermunculan dengan harga yang masuk akal.
Komputasi berskala terabyte ini juga didukung dengan akses wireless dan
wireline dengan akses bandwidth yang mencapai terabyte juga. Hal ini berakibat
menumbuhkan factor baru dari perkembangan teknologi. Antamuka pun sudah semakin
bersahabat, lihat saja software Microsoft, desktop UBuntu, GoogleApps,
YahooAPPS live. Hal ini ditunjang oleh search engine yang semakin cepat
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan oleh penggunaannya. Sehingga pada
akhirnya, era robotic akan segera muncul. Segenap mesin dengan kemampuan
adaptif dan kemampuan belajar yang mandiri sudah banyak dibuat dalam skala
industry kecil dan menengah.
Selain itu telematika
dizaman sekarang merupakan sebuah hal yang penting dalam mendukung berbagai
hal. Dimana kemajuan tekhnologi berperan dalah hal kepentingan manusia akan
telematika. Seperti saat ini banyak trend bisnis yang memanfaatkan perkembangan
telematika contoh E-Commerce dan usaha lain yang memanfaatkan telematika.
Trend dan masa
depan Telematika, salah satunya dapat diliat dari berbagai jenis usaha yang
berhubungan dengan telematika. Usaha ini dapat di pilah-pilah menjadi berbagai
usaha yang sifatnya modular yang tidak terlalu bergantung antara satu dengan
lainnya. Trdapat lima kelompok besar segmen industry jasa pada bisnis
Telematika yang dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Infrastruktur
Telekomunikasi (biasanya risiko bisnis paling besar)
2. Infrastruktur
Internet (biasanya risiko bisnis sedang & rendah
3. Hosting
service (biasanya risiko bisnis rendah)
4. Transaction
type service (biasanya risiko bisnis rendah).
5. Content
/ knowledge producer (biasanya risiko bisnis rendah).
Ada dua arah
utama yang terjadi di level aplikasi dalam Telematika bisnis yang pertama ke
arah jasa yang sifatnya transaksi (biasanya di sini yang berputar adalah uang
& barang) yang ke dua lebih ke arah transaksi pengetahuan & informasi.
pandai (dalam arti berpengetahuan banyak) maka bermain-main di k-commerce akan
lebih menarik.
Pada hakikatnya
perkembangan Telematika dimasa depan tidak akan pernah habis. Penggunaan
Telematika sebagai alat bantu dalam masyarakat menjadi hal yang penting, baik
dibidang bisnis ataupun kehidupan sosial. Telematika berkembang seiring dengan
kemajuan tekhnologi, dan menjadi trend dimasyarakat. Sebagai contoh banyak
jenis usaha yang memanfaatkan telematika sebagai alat bantu dalam melancarkan
bisinis. Tetapi pada hakikatnya teknologi digunakan hanya sebagai alat bantu
semata, keberhasilan hanya bisa diperoleh dari membentuk massa yang real di
masyarakat. Masyarakat dituntut untuk bijak dalam menghadapi trend dalam
Telematika, sehingga dalam proses perkembangannya harus dilakukan
dengan penuh tanggung jawab dan tidak menguntungkan diri sendiri. Sehingga
trend ke depan telematika dapat menjadi suatu trend yang dapat diterima dan
dinikmati oleh seluruh masyarakat, baik dari kalangan atas maupun dari kalangan
bawah.
REFERENSI :