A. DEFINISI PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran adalah proses berpikir
yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
denganconsequence (konklusi). Sedangkan definisi
dari metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal
yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya
yang khusus. Sehingga dapat di simpulkan bahwa definisi dari penalaran deduktif
adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
CONTOH PARAGRAF DEDUKTIF
Chairil Anwar terkenal sebagai
penyair. Ia disebut penyair yang membawa pembaharuan dalam puisi. Ada yang
mengatakan dia sebagai seorang individualis. Ada yang menilai bahwa ia seorang
yang kurang bermoral dan plagiat karena ada sebagian kecil dalam gubahannya
merupakan jiplakan dari puisi asing. Dalam sajak-sajaknya yang dikumpulkan
dalam "Deru Campur Debu" memperlihatkan adanya perbedaan bentuk,
corak, gaya, dan isi. Tanggapan orang terhadap Chairil berbeda-beda. Namun,
bagaimanapun ia tetap seorang penyair besar yang membawa kesegaran baru dalam
bidang puisi pada 1945.
B. FAKTOR-FAKTOR PENALARAN DEDUKTIF
Faktor – faktor penalaran deduktif meliputi :
1. Pembentukan Teori
2. Hipotesis
3. Definisi Operasional
4. Instrumen
5. Operasionalisasi
2. Hipotesis
3. Definisi Operasional
4. Instrumen
5. Operasionalisasi
C. MACAM-MACAM PENALARAN
Macam - macam penalaran deduktif yaitu:
·
Silogisme Kategorial
Merupakan
silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
·
Silogisme Hipotesis
Merupakan
silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional
hipotesis.
·
Silogisme Akternatif
Merupakan
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
·
Entimen
Merupakan
silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan
maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Pengertian Premis Mayor dan Premis Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum, sementara premis minor
artinya pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan istilah silogisme.
Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai
premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi). Misalnya : “Semua orang
akhirnya akan mati” (premis mayor). Hasan adalah orang (premis minor). Oleh
karena itu, “Hasan akhirnya juga akan mati” (kesimpulan). Jadi, berfikir
deduktif adalah berfikir dari yang umum ke yang khusus, dari yang abstrak ke
yang konkrit, dari teori ke fakta-fakta.
Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu
penarikan langsung dan tidak langsung.
1) Penarikan simpulan secara langsung :
Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang
ditarik dari satu premis. Premis yaitu prosisi tempat menarik simpulan.
Simpulan secara langsung:
a.
Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh : Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut
adalah manusia. (simpulan)
b.
Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P.
(simpulan)
Contoh: Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah
senjata tidak berbahaya. (simpulan)
c.
Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: Tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)
d.
Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P.
(simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua kucing adalah berbulu. (premis)
Tidak satu pun kucing adalah takberbulu. (simpulan)
Tidak satupun yang takberbulu adalah kucing. (simpulan)
2) Penarikan simpulan secara tidak langsung :
a.
Silogisme Kategorial
Silogisme Kategorial : Silogisme
yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan
klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Konditional hipotesis yaitu :
bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen.
Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang
mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis
yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Rumus :
Premis umum :
Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Contoh :
Premis Mayor (My) : Semua buruh adalah manusia pekerja
Premis Minor (Mn) : Semua tukang batu adalah buruh
Premis Kesimpulan (K) : Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.
Premis Minor (Mn) : Semua tukang batu adalah buruh
Premis Kesimpulan (K) : Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.
Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor,
term minor, term penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang
positif.
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu
simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak
dapat ditarik satu simpulan.
b.
Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis : Silogisme
yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut
Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor,
dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian
dengan “ jika …” konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan
menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak
terjadi.
Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetis :
1. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian
antecedent, seperti:
- Jika hujan, saya naik becak.
- Sekarang hujan.
- Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagiar
konsekuennya, seperti:
- Bila hujan, bumi akan basah.
- Sekarang bumi telah basah.
- Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari
antecedent, seperti:
- Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
- kegelisahan akan timbul.
- Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
- Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian
konsekuennya, seperti:
- Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah.
- Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum- hukum silogisme hipotesis :
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetis jauh lebih mudah
dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah
menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan
yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dilambangan dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetis adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah
= salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
c.
Silogisme Alternatif
Silogisme Alternatif : Silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Sedangkan proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Premis Mayor : Ayah ada di kantor
atau di rumah
Premis Minor : Ayah ada di kantor
Konklusi : Sebab it, ayah tidak ada di rumah.
Atau
Premis Mayor : Ayah ada di kantor atau di rumah
Premis Minor : Ayah ada di kantor
Konklusi : Sebab it, ayah tidak ada di rumah.
Premis Minor : Ayah ada di kantor
Konklusi : Sebab it, ayah tidak ada di rumah.
Atau
Premis Mayor : Ayah ada di kantor atau di rumah
Premis Minor : Ayah ada di kantor
Konklusi : Sebab it, ayah tidak ada di rumah.
d.
Entimen
Entimen atau Enthymeme berasal
dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah
sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian
ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan
bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas,
istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen
yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Entimen merupakan silogisme yang salah satu proposisinya
dihilangkan tetapi proposisi tersebut dianggap ada dalam pikiran dan dianggap
oleh orang lain. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan .
Contohnya :
Premis mayor (MY) : manusia mahluk rasional
Premis minor (MN) : kucing bukan manusia
Kesimpulan (K) :
kucing tidak rasional
Premis mayor (MY) :
setiap manusia pernah lupa
Premis minor (MN) :
mahasiswa adalah manusia
Kesimpulan (K) : mahasiswa pernah lupa
Premis mayor (MY) : Proses
fotosintesis memerlukan sinar matahari
Premis minor (MN) : Pada
malam hari tidak ada sinar matahari
Kesimpulan (K) : Pada
malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.
Premis mayor (MY) : Semua
ilmuwan adalah orang cerdas
Premis minor (MN) : Anto
adalah seorang ilmuwan.
Kesimpulan (K) : Jadi,
Anto adalah orang cerdas.
REFERENSI :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar