"Roro Rizky Ananda Febriani"

Jumat, 22 Maret 2013

TUGAS BAHASA INDONESIA 2 "PENALARAN DEDUKTIF"


A. DEFINISI PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut denganconsequence (konklusi).  Sedangkan definisi dari metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Sehingga dapat di simpulkan bahwa definisi dari penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

CONTOH PARAGRAF DEDUKTIF

Chairil Anwar terkenal sebagai penyair. Ia disebut penyair yang membawa pembaharuan dalam puisi. Ada yang mengatakan dia sebagai seorang individualis. Ada yang menilai bahwa ia seorang yang kurang bermoral dan plagiat karena ada sebagian kecil dalam gubahannya merupakan jiplakan dari puisi asing. Dalam sajak-sajaknya yang dikumpulkan dalam "Deru Campur Debu" memperlihatkan adanya perbedaan bentuk, corak, gaya, dan isi. Tanggapan orang terhadap Chairil berbeda-beda. Namun, bagaimanapun ia tetap seorang penyair besar yang membawa kesegaran baru dalam bidang puisi pada 1945.




B. FAKTOR-FAKTOR PENALARAN DEDUKTIF

Faktor – faktor penalaran deduktif meliputi :
1. Pembentukan Teori
2. Hipotesis
3. Definisi Operasional
4. Instrumen
5. Operasionalisasi




C. MACAM-MACAM PENALARAN

Macam - macam penalaran deduktif  yaitu:

·         Silogisme Kategorial
Merupakan silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
·         Silogisme Hipotesis
Merupakan silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
·         Silogisme Akternatif
Merupakan silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
·         Entimen
Merupakan silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Pengertian Premis Mayor dan Premis Minor
Premis mayor adalah pernyataan umum, sementara premis minor artinya pernyataan khusus. Proses itu dikenal dengan istilah silogisme. Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi). Misalnya : “Semua orang akhirnya akan mati” (premis mayor). Hasan adalah orang (premis minor). Oleh karena itu, “Hasan akhirnya juga akan mati” (kesimpulan). Jadi, berfikir deduktif adalah berfikir dari yang umum ke yang khusus, dari yang abstrak ke yang konkrit, dari teori ke fakta-fakta.


Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung.

1)  Penarikan simpulan secara langsung :

Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu prosisi tempat menarik simpulan.

Simpulan secara langsung:

a.    Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)

Contoh : Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
               Sebagian yang mempunyai rambut adalah manusia. (simpulan)

b.    Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)

Contoh: Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
               Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)

c.    Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)

Contoh: Tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)
               Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)

d.    Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P. (simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S. (simpulan)

Contoh: Semua kucing adalah berbulu. (premis)
               Tidak satu pun kucing adalah takberbulu. (simpulan)
               Tidak satupun yang takberbulu adalah kucing. (simpulan)


2)  Penarikan simpulan secara tidak langsung :

a.    Silogisme Kategorial

Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
 
Rumus :
Premis umum          : Premis Mayor (My)
Premis khusus        : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan     : Premis Kesimpulan (K)

Contoh :
Premis Mayor (My)           : Semua buruh adalah manusia pekerja
Premis Minor (Mn)           : Semua tukang batu adalah buruh
Premis Kesimpulan (K)      : Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja.

Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.


b.    Silogisme Hipotesis

Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan “ jika …” konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetis :
1. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
- Jika hujan, saya naik becak.
- Sekarang hujan.
- Jadi saya naik becak.

2. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
- Bila hujan, bumi akan basah.
- Sekarang bumi telah basah.
- Jadi hujan telah turun.

3. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
- Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
- kegelisahan akan timbul.
- Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
- Jadi kegelisahan tidak akan timbul.

4. Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
- Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah.
- Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.

Hukum- hukum silogisme hipotesis :
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.

Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dilambangan dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetis adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.


c.    Silogisme Alternatif

Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Sedangkan proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh:

Premis Mayor         : Ayah ada di kantor atau di rumah
Premis Minor         : Ayah ada di kantor
Konklusi                 : Sebab it, ayah tidak ada di rumah.
Atau
Premis Mayor         : Ayah ada di kantor atau di rumah
Premis Minor         : Ayah ada di kantor
Konklusi                 : Sebab it, ayah tidak ada di rumah.


d.    Entimen

Entimen atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.

Entimen merupakan silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan .

Contohnya :
Premis mayor (MY) : manusia mahluk rasional
Premis minor (MN) : kucing bukan manusia
Kesimpulan (K)       : kucing tidak rasional

Premis mayor (MY)  : setiap manusia pernah lupa
Premis minor (MN)  : mahasiswa adalah manusia
Kesimpulan (K)        : mahasiswa pernah lupa

Premis mayor (MY)  : Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Premis minor (MN)  : Pada malam hari tidak ada sinar matahari
Kesimpulan (K)       : Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.

Premis mayor (MY)  : Semua ilmuwan adalah orang cerdas
Premis minor (MN)  : Anto adalah seorang ilmuwan.
Kesimpulan (K)       : Jadi, Anto adalah orang cerdas.




REFERENSI :









Tidak ada komentar:

Posting Komentar